Thursday, October 1, 2009

PETUNJUK DARI ALLAH

Dulu, sebelum kita lahir, kehidupan ini sudah berlangsung lama, ribuan tahun atau bias jadi jutaan tahun. Yang jelas semenjak tehnologi tulis menulis sempat mencatan sejak 2000-an tahun yang lalu, terbukti dalam catatan kalender masehi kita. Kemudian kita dilahirkan dan mendapat kesempatan hidup selama lebih kurang 70 tahun. Setelah kesempatan bernafas kita berakhir alias mati, akankah dunia serta merta berakhir juga? Rasa-rasanya kok belum, terlepas dari ternyata Allah menghendaki lain.

Jika pejalanan kehidupan ini digambarkan dengan sebuah garis lurus, maka tujuh puluh tahun kehidupan kita tak lebih berupa sebuah titik yang relatif tidak kentara. Meskipun bagi sebagian orang 70 tahun terasa lama, tetap saja relatif singkat di banding alam keabadian. Yang terpenting untuk dipahami adalah kesempatan hidup kita yang singkat ini menentukan makom atau derajat kehidupan kita di alam keabadian.

Menyadari bahwa setiap yang berjiwa pasti akan mengalami mati. Tak terkecuali manu-sia, percaya atau tidak percaya, suka atau tidak suka, pasti bakal mati. Degan demikian, sesuatu yang pasti di dunia ini adalah kematian. Menyaksikan bahwa peran setiap insan di alam kehidupan ini berbeda-beda tanpa kuasa sedikit pun bagi kita untuk memilih dan menentukan corak kehidupan kita, pastilah ada rahasia Allah di balik keanekaragaman peran tersebut. Para ahli hikmah sepakat bahwa rahasia itu adalah berupa pertanggung-jawaban peran semasa hidup di dunia ini, yang akan berlangsung di akhirat nanti.

Apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian sia-sia, dan bahwa sesungguh-nya kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al Mu’minun 115)

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggung jawaban? (QS. Al Qiyamah 36)

Sesungguhnya hari kiamat akan datang (dan) Aku merahasiakan (waktunya)agar tiap-tiap diri dibalas dengan apa yang diusahanya. (QS. Ath Thaahaa 15)

Thursday, September 24, 2009

KEHORMATAN ORANG DHOLIM

Jika kita cermati dengan seksama, kekayaan materi melebihi batas kewajaran cenderung erat kaitannya dengan kedhaliman pemiliknya. Kekayaan seseorang dikatakan wajar jika nilainya setara dengan nilai hasil karya yang ia kontribusikan pada kehidupan ini. Islam menegaskan bahwa sebaik-baiknya rejeki adalah yang berasal dari hasil keringatnya sendiri. Beberapa kawan mungkin bertanya, “Bagaimana dengan kekayaan yang diperoleh dari warisan orang tua?” Para ahli hikmah menjawab pertanyaan tersebut, “Harta di luar hasil keringat seseorang memiliki hukum tersendiri. Warisan, misalnya, paling syar’i jika dibelanjakan untuk kepentingan sabilillah sehingga menjadi jariyah bagi pemilik sebenarnya, atau setidaknya diwariskan kembali pada generasi berikutnya.” Di luar cara itu, seseorang pewaris disa dikatakan dhalim.

Namun masalah yang dibahas dalam bab ini lebih dari sekedar kekayaan yang diperoleh dari warisan, melainkan dengan cara-cara lain yang cenderung dhalim. Misalnya, dalam berdagang mengambil untung melebihi batas kewajaran, memanipulasi timbangan, tidak jujur, dan sebagainya, atau menyalah-gunakan wewenang, korupsi, membagi hasil tidak adil, memberi upah pekerja di bawah kewajaran, dan lain-lain. Contoh lainnya misalnya menjual sensualitas (pelacuran ringan yang dianggap wajar), mencuri, merampok, atau cara lain yang bertentangan dengan ajaran agama (Islam). Kedhaliman paling tidak kentara (disguys coruption) adalah jika seseorang tergabung dalam sebuah organisasi bisnis yang korup tetapi tidak memiliki otoritas, misalnya bekerja di perusahaan BUMN atau departemen tertentu yang menerapkan sistem salary terlalu tinggi.

Sedikit sekali, kalau tidak boleh dikatakan tidak ada, warga masyarakat yang kritis terhadap hukum kekayaan materi, sehingga yang terjadi adalah bahwa tak peduli bagaimana cara mendapatkannya, asalkan memiliki harta banyak alias kaya raya, mendapat posisi yang terhormat secara sosial di masyarakat. Mengapa demikian? Karena nilai-nilai agama (Islam) belum cukup dominan membentuk mindset masyarakat sehingga memiliki konsep yang keliru tentang arti dan indikator keberhasilan.

Tuesday, September 22, 2009

MEREKA MENENGHINA AGAMAKU

Awalnya aku hanya heran pada insan sinetron religi itu. Heran mengapa mereka tidak tersentuh sedikit pun nilai-nilai agama yang mereka perankan. Tetap saja kembali berbuat tidak agamis ketika mereka berada di balik kamera. Saat itu hanya heran karena setahuku bahwa mereka beragama Islam
Kali ini aku merasa tersinggung karena ternyata beberapa pemeran dari sinetron religi Islam itu penganut agama lain. Aku masih bisa toleran dan maklum jika mereka, karena ke-jahil-annya, mengeksploitir sinetron religi sebagai bisnis yang sangat menguntungkan karena pangsa pasar nya (masyarakat muslim) sangat besar.
Sungguh mereka sangat menghinaku sebagai orang Islam karena insan sinetron tersebut (dari pemilik siaran, penanggung jawab program, produser, sutradara, pemain, dan lain sebagainya yang terlibat) begitu teganya menyerahkan peran-peran penting dalam sinetron yang dibanggakan umat Islam tersebut kepada non-muslim. Semoga Allah menyadarkan mereka. Amin

Wednesday, September 9, 2009

KEBOHONGAN BERANTAI

Terbukti berkali-kali bahwa 95% bahwa riwayat hidup seseorang tidak bisa diduplikasi orang lain pun belum cukup menyadarkan para pelatih entrepreneurship itu. Ingin kaya dengan mudah dan cepat? Ikuti pelatihan kami! Ingat saudara sekalian, di dunia ini Tuhan menganugerahi banyak kemudahan, namun yang termudah diantaranya adalah 'menjadi kaya.'
Rupanya mereka lupa bahwa upaya atau ikhtiar manusia tidak ada kaitannya dengan rezeki yang mereka peroleh di dunia ini karena sudah ada yang mengatur. Adapun mereka berikhtiar tidak lain semata-mata dalam rangka mentaati perintah Allah (mencari kayu bakar sekalipun). Dalam mengatur kehidupan, Allah sang maha sutradara, telah mensekenariokannya dengan sempurna sehingga tidak bertabrakan antara sunnatullah yang logis dinalar dan irrodhatullah yang gaib.

Friday, August 28, 2009

WINNING MINDSET

Potret Otak Entrepreneur Sejati

Anda ingin memiliki koleksi buku baru?
Atau ingin menasehati saudara dengan buku?
Barang kali ingin memberi hadiah orang terdekat?
Dapatkan di toko buku terkemuka di kota Anda


Karya Wasi Darmolono

Membahas tentang bagaimana tetap berpikir cemerlang di saat terbelit hutang dan merintis bisnis di saat kondisi krisis. Dihantarkan oleh tiga praktisi bisnis terkemuka:
1. Prof. Dr. HM. Suyanto, MA (Ketua STMIK Amikom) dengan judul Potret Otak Milyarder;
2. Drs. H. Kalis Purwanto, MM (Direktur Primagama) dengan judul No Spiritual Intelligence Unless as Muslim
3. H. Anung Pranowo, SE, MM (Pendiri Surya Global) dengan judul Islam is the Golden Way to Success
Ukuran setengah folio, 230 halaman, harga Rp. 40.000,- (sudah termasuk pajak) plus ongkos kirim (Jawa Rp. 5.000,- luar Jawa Rp. 10.000,-). Hubungi o8122693226 setelah mentransfer seluruh biaya ke Rec. BNI cab. Yogyakarta no. 67461012 a/n Wasi Darmolono.


JUDI TAK KENTARA

Masyarakat kita memangt sangat mudah dibodohi dan cenderung menjadi korban tetapi tidak pernah merasa, entah saking bodohnya mereka atau saking pintarnya sang penyelenggara perjudian 'abstrak.' Bagaimana tidak bodoh, lha wong diiming-iming harapan yang mustahil terjadi saja mereka berbondong-bondong untuk berpartisipasi dalam permainan haram tak kentara ini.
"Ingin naik mobil mewah? Gampang, beli saja produk ini dan jangan buang bungkusnya karena dengan menuliskan nama dan alamat, anda memiliki kesempatan mendapatkan mobil impian anda. Ikuti penarikan undiannya di stasiun TV kesayangan anda ini pada hari H tanggal T bulan B!" Demikian salah satu contohnya bagaimana produsen produk apa saja memperdayai konsumen yang mengidap penyakit ingin cepat kaya.
Produk apa saja, termasuk jasa perbankan pun bisa atau bahkan sangat strategis untuk digunakan sebagai alat penjebak konsumen. Lebih memprihatinkan lagi, produk jasa sinetron religi yang nota bene menjadi tuntunan untuk membangun keimanan pun tidak luput menjadi alat judi dengan hadiah yang religius pula yakni umroh ke tanah suci. So sad, bukan?

Monday, August 17, 2009

EGOIS VS SELFISH

Tetangga saudara saya pusing jika mengendus bau asap mobil diesel. Dan memang tidak sedikit orang-orang di sekitar kita yang memiliki permasalahan demikian. Sementara mobil tersebut satu-satunya yang saudara saya miliki. Yang jadi masalah adalah sang tetangga mengendaki mobil itu dienyahkan dari rumah saudara saya entah dijual atau dengan cara lain. Tentu saja tidak semudah membalik telapak tangan, sehingga untuk sementara solusi yang dilakukan oleh saudara saya, sebagai ujud empatinya, berupaya untuk tidak berlama-lama menghidupkan mobil tersebut di lingkungan komplek itu dengan cara begitu menstarter langsung dibawa keluar sampai jarak tertentu agar bau asap tak lagi terendus. Dan sudah barang tentu hal itu merupakan perlakuan tidak ramah terhadap kesehatan mobil. Begitu pun ketika pulang, harus segera mematikan mesin sehingga menuntut kemahiran memarkir. Sejauh ini saudara saya merasa okey-okey saja.
Namun sebagai manusia lumrah yang memiliki perasaan sebagaimana orang-orang pada umumnya. Ternyata sang tetangga itu tergolong orang nylekete alias suka cari enaknya sendiri. Ketika ada area kosong karena si empunya tinggal dirantau orang diklaim untuk dimanfaatkan sendiri dengan berbagai alasan sehingga jika ada orang lain ikut mengambil manfaat properti mubadzir sementara itu tetangga saya merasa rugi sekali pun secara de facto tidak kehilangan apa-apa. Dibutuhkan keahlian tersendiri memberi kepahaman akan kesadaran sosial kepada orang seperti itu. Dan tidak sedikit lho warga masyarakat yang memiliki sifat-sifat seperti itu.
Pucuk dicinta ulam tiba. Saudara saya merasa terbantu mengatasi perilaku tetangganya itu. Bantuan tersebut bermula ketika Allah swt menetapkan musibah gempa tektonik bagi warga Yogyakarta selatan di mana komplek perumahan saudara saya tak luput dari musibah tersebut. Beberapa bangunan tingkat dan rumah berpondasi gaya lama mengalami kerusakan bervariasi mulai dari retak-retak hingga roboh. Atas simpati pemerintah bantuan perbaikan pun mengalir. Survey pun dimulai, kerusakan digolongkan menjadi tiga: berat, sedang, dan ringan; dengan besare dana bantuan perbaikan masing-masing berturut-turut Rp 15 juta, Rp 4 Juta, dan Rp 1 juta.
Pak RT yang nota bene mantan pejabat pemerintah itu memberi laporan tidak sesuai dengan kenyataan menurut persepsi umum. Ia, Pak RT, menaksir dan melaporkan kerusakan rumahnya sendiri dalam kategori kerusakan sedang meskipun relatif tidak ada kerusakan, sedangkan rumah saudara saya dan tetangganya yang kebetulan berlantai tiga, yang sudah barang tentu parah meskipun secara fisik tidak roboh, di taksir dan dilaporkan ringan.
"Ya ampun," gerutu tetangga saudara saya, "lha wong berbuat jujur saja agar tetangganya mendapat ganti wajar kok merasa rugi lho. Dasar senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang. Berkata jujur saja masih belum tergolong biasa, bukannya menolong malah mencelakakan orang yang tidak lain tetangganya sendiri. Memangnya rugi apa ia berkata apa adanya. Berbuat baik tanpa biaya saja susah, boro-boro ...!" tak habis habisnya ia mengomel sembari mengarahkan pandangannya ke saudara saya minta dukungan.
Perasaan saudara saya tidak menentu. Geli, senang, dan bingung sekaligus berkecamuk dalam dadanya. Bagaimana tidak senang, lha wong orang yang selama ini memiliki perangai yang sulit dan repot menghadapinya, kini merasakan sendiri bagaimana orang lain memperlakukan dirinya sebagaimana ia memperlakukan saudara saya. Ternyata waktu dan keadaanlah (tentu saja atas ijin Allah) yang memberi pelajaran tetangga saudara saya itu.
Tapi apa lacur. Ternyata watak orang-orang demikian memang tidak mudah diperbaiki (kecuali Allah sendiri yang berkehendak). Ketika pembantu rumah tangga saudara saya mencuci pakaian dan airnya meluber kepekarangan kosong itu, saqng tetangga unik tadi menghampiri dan mengingatkannya agar air cuciannya tidak maruk pekarangan, sementara pada waktu yang sama pembantunya sendiri foya-foya mencuci di pekarangan tersebut. Cape dech!